Mungkin ini blog yang gak menarik bagi beberapa pembaca. Tapi saya sekadar ingin menumpahkan rasa simpati. Itu saja.
Terkait dengan wafatnya Ibu Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie tanggal 22 Mei 2010 pukul 17.35 waktu Munchen yang mengingatkan saya pada saat di mana wafatnya Ibu Tien Soeharto .
Waktu itu terlihat sekali sedih yang mendalam dari raut wajah Pak Suharto. Begitupun sepertinya yang terjadi pada Pak Burhanudin Jusuf Habibie. Raut kesedihan begitu tampak jelas ketika Pak Habibie menaburkan bunga terakhir di liang lahat nya Ibu Ainun. Tubuh renta nya nampak terhuyung menahan sedih yang seakan-akan membebani fisiknya yang mulai renta. *sigh*
Belum ada satu bulan yang lalu saya sempat menyaksikan kehadiran Pak Habibie pada acara talk show di salah satu stasiun televisi swasta. Saat itu terlihat ekspresi semangat Pak Habibie ketika ditanya oleh host mengenai kemungkinan beliau untuk kembali memberikan sumbangsih kepada kemajuan IPTN/Dirgantara Indonesia. “Kalau diajak bicara soal itu saya sering. Tapi kan saya tidak pernah diajak bicara soal selanjutnya bagaimana?”, kemudian disambut tawa penonton.
Seperti kita tahu, pasca wafatnya ibu Tien dulu, kejayaan pak Suharto runtuh. Ada beberapa bisik-bisik yang bilang bahwa klenik-nya Pak Suharto ada di Ibu Tien. Tapi saya lebih suka berpendapat bahwa semangat hidup yang dimiliki Pak Suharto meredup setelah wafatnya Ibu Tien. Allahu'alam.
Entah. Seandainya Pak Habibie di tanya lagi perihal yang sama (kembali mengabdi pada bangsa) nantinya, apakah semangat serta niat untuk kembali itu tetap ada?Yang pasti, kondisi fisik beliau pasti tidak seperti dulu lagi...
“Ibu Ainun itu hafal surat Yassin”. Itu kabar yang pernah saya dengar dan sampai saat ini masih melekat. Bukan berarti setiap yang hafal surat Yassin itu sudah pasti 100% dijamin masuk surga. Tapi dari salah satu kabar tersebut tergambar sepertinya beliau memiliki sisi religius yang sangat dalam. Ditambah lagi beberapa yayasan sosial yang beliau dirikan, serta kebijakan untuk mengalihkan uang karangan bunga bela sungkawa ke yayasan sosial yang dimilikinya.
Kenangan bersama orang terkasih pasti tidak akan pernah dapat dikikis waktu. Berpuluh tahun tak kan dapat tergantikan dalam sehari. Rasa tulus dan ikhlas telah menjadikan perasaan cinta abadi. Tidak bisa diterjemahkan oleh bahasa dan prasangka apapun. Cinta dan kasih memang baru bisa diketahui setelah melalui proses serta waktu yang panjang. Itulah yang telah dijalani oleh Pak Habibie dan Ibu Ainun.
Selamat jalan Eyang Ainun...
Harum nama mu tetap akan selalu menjadi kenangan dan tauladan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar