Kamis, 27 Mei 2010

Corat-coret

“Istri Pejabat”.
Kata-kata itu disebut LAGI. Tapi kali ini oleh orang yang berbeda. Jika kemarin teman, sekarang dikatakan oleh seorang saudara yang ketika acara pernikahanku tidak sempat kuajak ngobrol dan bercerita.
Bermula dari status iseng facebook-ku yang berbunyi; “Harusnya malam ni jadwal masak bareng & nnton dvd. Terpaksa ditunda karena ada pemeliharaan. Yeah...demi kemaslahatan umat, biarlah aku yang mengalah...wkwkwk”.
Ketika menulis status, tak terbayang sedikitpun di benak ku bahwa akan ada komentar begitu. Boro-boro mengharapkan komentar begitu, membayangkan ada yang akan berfikir begitu saja tidak. Sekadar iseng. Karena suamiku malam ini memang tiba-tiba ada jadwal pemeliharaan di kantornya, yang menyebabkan dia memiliki kemungkinan pulang larut malam.

Bukannya aku cemen alias cengeng alias manja alias jabe alias apapun itu. Tapi cobalah jika kau berada di posisi ku. Berada di tempat yang sepi. Jauh dari kota sehingga tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Mungkin di sini kau sepertinya memang akan merasakan kenyamanan. Kulitmu akan bersih sehat terawat, udara yang sangat fresh cocok untuk metabolisme tubuhmu. Walau keberadaanmu di dusun, komunitasmu terkelompok dalam suatu kata yang dinamakan “kompleks”. Kompleks yang menyatu dengan pembangkit serta DAM yang menyihir pandanganmu—tentu dengan beberapa fasilitasnya—. Pastinya keberadaanmu begitu tampak mewah bagi penduduk asli sekitar. Tapi kau tidak akan memungkiri bahwa tinggal di kota akan lebih menyenangkan karena di sana kau bisa menemukan apapun dengan mudah.

Yeah…Bisa jadi ada yang berpendapat sudah tidak ada alasan bagi ku untuk masih mencari-cari kebahagiaan di “luar sana”, atau bahkan berkata sebaiknya aku duduk manis. Menikmati peranku sebagai istri, sebagai pengantin baru. “Menyiapkan suami makan, bisa berada di rumah sebelum dia pulang kerja, adalah cita-cita ku jika aku menikah nanti”, begitu kata salah satu sahabat. Okey, sangat mulia. Tapi kufikir sangat naïf juga jika hanya mengukur “bakti istri” hanya sebatas itu saja. Karena jujur, sepertinya rasa kebebasan tetap tidak bisa hilang dari diriku. Liar?hmm…terlalu sarkastik.
Mungkin bahasa halus nya adalah aku senang dengan wadah atau komunitas aktif. Aku suka mall, gedung-gedung, keramaian, tempat-tempat kuliner, lalu lintas kendaraan, dst. Lucunya, belakangan kutahu kalau suamiku sudah sangat merindukan “aroma kota”!hahaha. Pokoknya yang buat suasana’hidup’! Meski ujung-ujungnya kalo tempat tinggal kita berdua lebih suka yang tenang sie…:p
Tapi intinya begitu.
So, tak heran kalau aku tetap memiliki cita-cita bisa kerja. Selain menyalurkan ilmu yang selama ini kutimbun, berdasarkan pengalaman kerja-ku kemarin-kemarin, aku merasakan nikmatnya memiliki kebebasan financial! Hahaha. Joke… ;)
Makanya aku kagum sama wanita aktif. Apalagi jika dia seorang ibu rumah tangga. Meski sepertinya pasti sangat repot, para career mom itu terlihat sangat dinamis dan ‘hidup’! Mereka mampu menjadi sosok yang tangguh, kuat, dan tentunya bermental baja.

Untuk kesempatan aktualisasi diri, suamiku 100% tidak pernah berusaha mengekang dengan aturan-aturannya (Thank God untuk yang satu ini). Sepenuhnya diserahkan kepadaku. Tentunya dengan kepercayaan yang kupertaruhkan. Oleh karena itu, layaknya pasutri lainnya, aku dan suami-ku juga sudah menyusun beberapa rencana kedepan untuk kami berdua sehingga aku dan suamiku tetap bisa merasakan bahwa pernikahan ini tidak menjadikan kami berubah. Tetap seperti adanya.
Jadi, sebutan “istri pejabat” bukanlah sesuatu yang spesial lantas membuatku terlena dan besar kepala. Aku tetaplah aku. Suamiku adalah suamiku. Kalaupun besok benar-benar dia adalah seorang pejabat, itu hanyalah bagian kecil dari cerita perjalanan hidup kami. :)


Tidak ada komentar: