Belakangan makin geleng-geleng liat berita tentang rencana pembangunan gedung baru anggota DPR yang memakan biaya sebesar 1,16 Trilliun itu (ada juga media yg menyebutkan 1.8 Trilliun). Ditambah lagi statment yang gak kalah sengitnya oleh para anggota dewan dan ketuanya yang ngotot menyegerakan bangunan nyaman tersebut.
Dalam sebuah wawancara di salah satu media massa, Marzuki Ali bisa saja mengatakan bahwa besaran biaya pembangunan gedung baru tersebut tidak seberapa dicomot dari APBN bila dibandingkan dengan anggaran lainnya untuk rakyat. Namun apa dikata ketika media menandingkan pernyataan tersebut dengan jumlah nominal pengeluaran yang bakal dihabiskan negara jika pembangunan gedung itu berjalan? Maka wajar saja jika rakyat dan kalangan aktivis, apalagi politisi lain menjadi berang.
Lain hal lagi dengan marak pemberitaan pernikahan Krisdayanti-Raul Remos. Pernikahan bak ABG (Anak Baru Gede) yang sedang dimabuk kepayang itu tidak sedikit menjadi gunjingan publik. Bahkan di salah satu forum komunitas, pernikahan pasangan ini diolok-olok dengan kalimat yang sungguh tidak enak didengar.
Kalau mau fair, sangat manusiawi jika sebuah pasangan mendambakan pesta pernikahan yang berkesan. Namun ketika pesta pernikahan tersebut diselenggarakan secara publikasi, konsekuensinya adalah publikpun akan banyak berkomentar. "KD dan Raul tidak pantas bikin pesta begitu heboh. Apa dia gak mikir perasaan anak-anaknya?", begitu komentar salah satu teman.
"Sesuatu yang sebenarnya wajar akan menjadi tidak wajar ketika diterapkan atau dilaksanakan pada saat, tempat, dan waktu yang tidak tepat".
Mungkin itu kalimat yang lebih cocok perihal kontroversi yang sering bermunculan. Maka jangan heran kalau sesuatu yang sifatnya kontroversi akan semakin ramai diburu oleh media. Kontroversi akan gencar diberitakan sampai ada kontroversi baru yang lebih layak dipertontonkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar