Sepintas dilihat pasti sudah bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa buku setebal 347 halaman ini layaknya memoar pada umumnya, yang bercerita tentang perjalanan hidup si tokoh hingga sampai saat dimana banyak orang yang mengenalnya. Pun bercerita mengenai perjuangannya untuk bisa bertahan hidup, bahkan mengejar mimpi.
Namun setelah membaca lembar demi lembar, barulah kita akan mengetahui bahwa buku ini tidak sekadar sebuah memoar, tapi juga sebuah buku motivasi yang berisi beberapa pesan dan nasihat dari sang penulis.
Ya…Oki Setiana Dewi berusaha untuk memasukkan pesan-pesan moril dalam tulisannya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan-kutipan hadist, ayat AL-Qur’an, atau penggalan syair lagu yang disertakan dalam beberapa kisahnya. Buku ini dipaparkan lebih pada curhat (curahan hati). Meski dituturkan dengan bahasa yang sesuai EYD, penyampaian yang digunakan selayaknya ‘bahasa diary’. Maka tak heran jika pada beberapa cerita mengenai perasaannya, Oki menyampaikan dengan pengulangan kata atau pengulangan kalimat yang seolah-olah ingin menggambarkan “betapa sangat” dia akan hal tersebut.
Tidak hanya bercerita, layaknya memoar, buku ini disertai juga dengan beberapa foto yang disesuaikan dengan cerita. Ada foto Oki semasa kanak-kanak hingga saat dimana dia sudah menyandang label ‘artis’.
Pada akhir cerita ada beberapa halaman tersendiri yang ditulis oleh ibunya Oki. Di bagian tersebut sang ibu mencurahkan isi hatinya mengenai sosok Oki dimata beliau. Pemaparan sang Ibu dikemas dalam bentuk yang sama seperti cara Oki bertutur , sehingga membacanyapun tidak seperti membaca laman komentar.
Sedikit mengejutkan, ternyata dalam memoarnya Oki tidak menceritakan respon awal yang kurang mengenakkan dari keluarga perihal beberapa keputusan yang diambil dalam hidupnya. Hal tersebut justru diceritakan secara sepintas oleh sang Ibu. Ini semakin menguatkan bahwa buku ini tidak semata sebagai sebuah memoar, namun sebuah buku motivasi yang sarat akan pesan-pesan moril.
Satu hal lagi, buku ini tidak menampilkan sub bab fase “anak-anak” hingga “dewasa” seorang Oki Setiana Dewi secara detil, melainkan hanya mengambil sekelumit kisah yang menjadi penekanan setiap perubahan dalam hidupnya.
Buku ini adalah sebuah perjalanan hidup seorang Oki yang diceritakan dengan gaya bahasa serta isi yang sangat relijius. Sehingga meski bercetita tentang kenakalan di masa remaja, tetap saja tulisan disampaikan dengan kalimat yang santun, dan membuat pembaca menarik sebuah kesimpulan bahwa yang bercerita di buku ini adalah seorang Oki Setiana Dewi yang saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar