Kita tahu bahwa online shop (olshop) kian hari makin menjamur. Alasan pelaku usaha olshop sebenarnya cukup sederhana: lebih fleksibel karena bisa dijalankan sembari mengasuh anak atau menjadi orang kantoran, asalkan media utama seperti komputer/laptor terhubung, maka promosi dan transaksi bisa dilakukan deh... Bahkan media komunikasi seperti Blackberry (BB) pun dijadikan alat yang dipercaya paling ampuh menjaring pelanggan.
Selain alasan fleksibilitas, alasan lain adalah masalah efisiensi. Pelaku olshop tidak perlu capek-capek menumpuk persediaannya digudang atau toko karena pembelian bisa langsung dilakukan by order. Pelaku olshop juga idak perlu berpayah mengeluarkan modal besar-besar an untuk bisa 'membuka toko'. Tinggal cari pemilik barang, lakukan perjanjian ini-itu, barang siap dijual. Mudah bukan?
Hal yang tidak kalah penting adalah, olshop merupakan jalur yang sangat menguntungkan bagi orang yang merasa "tidak memiliki kemampuan bernegosiasi", namun punya minat untuk berdagang. Dengan adanya olshop, sudah tidak berlaku lagi istilah "Saya tidak bisa jualan krn saya tidak pandai bicara".
Namun seperti kata pepatah: tak ada gading yang tak retak. Begitupun dengan online shop.
Dibalik segala kepraktisan dan efisiensinya, kelemahan online shop terletak pada kedekatan emosionil pelanggan dengan penjual yang kurang ter-up grade. Fokus onlshop hanya pada produk semata, tanpa memedulikan kedekatan emosionil dengan pelanggannya. Maka tak heran jika di status jejaring sosial, atau BB, kita bisa di invite oleh banyak toko online yang bisa saja kita tidak mengenal pemiliknya.
Bahkan ketidaknyamanan akan muncul ketika tag promo produk selalu dilayangkan ke laman akun kita.
Begitu sekilas pendapatku mengenai onlineshop dan kedekatan emosionil dengan pelanggan. Pembahasan selanjutnya InsyaAllah kita bicarakan di OnlineShop 2 yah! ^_~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar