“Ketika kau sudah mendapatkan apa yang kebanyakan orang harapkan, apa tak pantas lalu kau mengejar apa yang kau impikan?. Dan ketika kau masih sibuk berjuang meraih impianmu itu, apa itu sebagai wujud bahwa kau orang yang tak pandai bersyukur atas kenikmatan yang telah kau dapatkan? Lantas, ketika kau memilih diam dan menikmati apa yang banyak di ingini banyak orang tersebut, apa tidak ironis jika kau disebut sebagai manusia yang tidak pernah merasakan tantangan dalam hidup? Bukan manusia yang memiliki kisah hidup yang patut dijadikan tauladan, karena kau memang terlahir untuk menikmati segala yang banyak orang ingin nikmati tanpa perlu bersusah payah…??”
Begitu tidak adil nya kah Tuhan yang telah memilah-milih makhluk-Nya untuk sekadar menikmati takdir yang (lagi-lagi) kebanyakan orang mengatakannya sebagai suatu kenikmatan, lantas membiarkan beberapa golongan lain harus mengejar kenikmatan tersebut dengan berpeluh payah?
Apakah kenikmatan dan harapan kebanyakan orang tersebut didefenisikan sebatas materi? Terbatas pada tumpukan aset serta garis keturunan yang mumpuni?
Sungguh, segala ilmu yang dimilki sepatutnya kelak akan dipertanggungjawabkan. Darimana kau dapatkan? ; untuk apa kau pergunakan?, bukan semata menyoal tentang seberapa pundi yang mampu kau timbun dengan ilmu mu itu, atau seberapa banyak perhiasan yang kau simpan untuk anak-cucu mu nanti…
Ketika kau melukis sketsa impian mu dari sisi yang berbeda, kelak kenikmatan serta apa yang kebanyakan orang harapkan itu juga akan kau rasakan. Percayalah.
Bukankan Tuhan Maha Adil dan tidak pernah membeda-bedakan hamba-Nya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar