Alhamdulillah sebulan telah terlewati.
Rasanya baru kemarin saya masih berperut besar dan terengah-engah jika bergerak sedikit lebih cepat. Dan jika melihat Ghaizan, sepertinya baru tadi subuh saya melahirkan dia.
Lebih-kurang dua minggu pertama pasca kelahiran Ghaizan adalah masa-masa terberat bagi saya. Saya sempat mengalami apa yang dinamai orang "baby blue syndrome" atau bahasa ilmiahnya postpartum distress syndrome . Saya bisa menangis tiba-tiba, dan menit berikutnya tersenyum bahagia melihat sosok bayi Ghaizan. Rasa khawatir terhadap Ghaizan sangat berlebihan dan setiap tidurpun tidak nyenyak karena selalu menangis.
Tapi saya pikir kesedihan itu bukan tanpa alasan. Proses kelahiran Ghaizan yang terbilang dramatis (sempat ketuban bocor duluan) menyebabkan Ghaizan mau tidak mau harus menjalani prosedur pemeriksaan lebih lanjut di bagian perinatologi rumahsakit tempat saya melahirkan.
Ghaizan memang dinyatakan sehat. Tidak tertelan air ketuban, dan tidak ada permasalahan serius lainnya terkait kondisi kesehatannya. Namun dokter perinatologi telah terlanjur memberikan antibiotik sebagai tindakan preventif di masa awal kelahirannya.
Karena itu, mau tidak mau, cairan antibiotik yang dimasukkan lewat slang infus harus diteruskan sampai batas yang direkomendasikan. It means that Ghaizan harus menginap lebih lama di ruang perinatologi selama beberapa hari.
Tentu saja saya dan suami (terlebih saya) sebagai orangtua baru merasakan panik yang luar biasa. Apalagi ketika melihat Ghaizan diletakkan dalam box bayi dan satu ruangan dengan beberapa bayi lainnya yang memiliki permasalahan serius serta perlu penanganan segera.
Dokter kandungan saya sempat komplain ke dokter anak dan bagian perinatologi karena menurut beliau tidak ada permasalahan pada saya dan anak saya. Tapi apa lacur, pasca kelahiran, urusan sang bayi merupakan wewenang dokter anak. Begitulah prosedur disana.
Saya dan suami tidak komplain, karena apa yang dilakukan pihak rumahsakit dan dokter kami yakini adalah yang terbaik untuk kesehatan anak kami, dan para dokter tersebut (baik dokter kandunganku atau dokter anak Ghaizan) pasti sudah punya pertimbangan profesionalisme terkait perihal kelahiran dan perawatan Ghaizan.
Menjelang selesainya pemberian antibiotik (lebih kurang 3 hari), kabar mengejutkan muncul lagi. Kadar billirubin Ghaizan meningkat menjadi 14.5 mg/DL (ambang normal bilirubin bayi adalah dibawah 12 mg/DL). Berbagai spekulasi karena panikpun muncul, tapi yang pasti hasil laboratorium menyatakan bahwa kenaikan bilirubin Ghaizan adalah murni karena pemecahan sel darah merah (Ikterus Fisiologis)
Sebenarnya peningkatan kadar bilirubin ini adalah hal wajar di dua minggu pertama bagi pada umumnya bayi yang baru lahir. Biasanya akan normal dengan sendirinya jika bayi rajin dijemur pagi. Namun karena kadar bilirubin Ghaizan sudah terlanjur tinggi, mau tidak mau dokter menyarankan Ghaizan agar di terapi sinar biru (Blue Light) guna membantu percepatan proses pemecahan sel darah merahnya.
Singkat cerita, beberapa kejadian dramatis pasca kelahiran Ghaizan membuat kondisi fisik dan psikologis saya tidak stabil. Ditambah lagi dalam kondisi seperti itu saya yang sejak awal telah bertekad memberikan ASI ekslusif pada Ghaizan, harus berjuang ekstra keras untuk bisa memperjuangkan niat tersebut.
Maka bolak-balik ruang perinatologi demi memberi ASI (tidak peduli jam berapa pun), serta berkali-kali memompa padahal produksi ASI masih sangat minim di awal-awal kelahiran (yang sebenarnya lebih efektif jika proses laktasi dilakukan dengan cara bayi langsung menghisap puting payudara Ibu) tidak saya rasakan lelah sedikitpun.
Beruntung Alhamdulillah bagian laktasi rumahsakit sangat mensuprort saya untuk memberikan ASI ekslusif (Trimakasih to nurse Elza), serta suami saya yang sangat membantu saya secara psikologis sampai akhirnya saya bisa menjalani semua cobaan itu dengan tegar.
Alhamdulillah kini masa itu sudah terlewati. Seperti mimpi rasanya jika memori tentang hal tersebut kembali diputar. Namun semua rasa sedih, lelah, dan marah terhapus sudah setiap saya melihat pertumbuhan dan perkembangan Ghaizan dari hari ke hari yang semakin sehat, lucu, dan pintar. Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepadamu,nak..
Tantangan selanjutnya adalah: Adaptasi soal begadang! Yayy! hahaha.
Yah... begitulah memang...menjadi orangtua adalah suatu proses pembelajaran yang tiada henti. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar