Sabtu, 08 Desember 2012

Desperate Housewife?


OMIGOD!
Terusterang saya katakan. Bahwa jadi seorang Ibu Rumah Tangga yang 100 % total ngurusin rumah-anak-suami itu gak mudah. Swear. Bukan pekerjaan remeh temeh yang bisa dianggap sebelah mata. Oke,katakanlah mungkin balik ke masing-masing orang kali yah? Tapi percaya deehh awalnya bagi yang baru pertama mengalami PASTI merasakan yang namanya keteteran,kelabakan,kebingungan,bla bla. Yes! It was Me! 

Kemarin waktu saya masih di Palembang sih masih ada mama sama adek-adek yang sedikit banyak meringankan. At least saya tidak perlu lagi pusing soal rumah yang berantakan, menu sarapan-makan siang-makan malam. Urusan saya hanya Ghaizan dan diri saya sendiri tentunya. Itu saja.
Lah kalo sekarang? Semua tetekbengek, printal-printil harus dan mau gakmau saya turun tangan. Ditambah sejak selama saya di Palembang, suami ternyata tanpa sepengetahuan saya gak mempekerjakan lagi Asisten Rumahtangga kami. Makin kumplit deh kebingungan saya. Agak sedikit melegakan begitu saya sampai rumah sudah dalam kondisi "layak huni". hehe. Jadi,selain kembali menata rutinitas dan jam tidur-bangun serta ngurusin tetek-bengek tadi agenda selanjutnya adalah mencari Asisten Rumahtangga baru. Alhamdulillah satu minggu belakangan ini sudah dapat. Semoga langgeng. Setidaknya selama saya disini.

Selanjutnya adalah...berfikir bagaimana menyusun dan mengatur menu makan Ghaizan, jam bermain yang berkualitas, jam istirahat yang ideal. Dua bulan lebih disini koq dibilang "baru mau menyusun dan mengatur"?? Well, untuk urusan anak, mungkin saya termasuk orangtua yang agak rempong. Apa apa maunya perfect. Setidaknya perfect menurut bingkai kacamata saya. Menu makan, jam tidur, jam bermain adalah tiga hal yang (saat ini) menurut saya WAJIB diatur sedemikian rupa. Khususnya dengan menu makan. Awalnya saya pikir bayi yang sudah mengenal MPASI itu akan lebih mudah dikasih makanan tambahannya. Ternyataa oh ternyataaa...Entah sudah berapa kali menu bikinan saya dilepeh atau bahkan dimuntahin Ghaizan dalam satu kali sesi makan. Jadinya mau gak mau saya harus bikin menu ulang pada saat itu juga. Makanan instan bukan berarti haram saya hidangkan untuk bayi mungil saya, namun itu saya jadikan sebagai "emergency exit door" aja seandainya kita sedang bepergian misalnya.

 Menyusahkan?Enggak koq. Saya kan saat ini totally ibu rumahtangga alias gak kerja. Jadi apa salahnya kalau saya bikin menu sendiri untuk jagoan kecilku? Walau ada kala pada titik tertentu saya stress dan hampir frustasi karena menu makanan berkali-kali ditolak. hahahaha.  Tapi saya yakin lah apapun yang disuguhkan, apabila dibuat dengan kesungguhan hati pasti akan diterima dengan rasa bahagia oleh yang bersangkutan. Termasuk oleh anak bayi sekalipun. hehehe. 

Trus suami bagaimana? Alhamdulillah untuk yang satu ini suami sangat pengertian. Mungkin karena dulunya pernah jadi anak kos pas jaman kuliahan jadinya gak canggung ngurusin apa apa sendiri? Cuma bukan rumah tangga orang asia namanya kalau gak istri yang terjun langsung ngurusin suami such as nyiapin baju kerja, nyiapin piring buat makan, bikinin teh di pagi hari, bla bla. Kalo sudah begini repotnya ngurusin anak dan rumah bukan menjadi alasan bahwa tidak bisa meladeni suami dengan baik, to? :) 

Berkaca pada pengalaman para Ibu kita yang hidup di jamannya: dengan waktu yang sama (24jam sehari), siklus hidup yang tidak jauh berbeda dengan kita (sebagai seorang "Ibu"), bisa aja tuh mereka menjalani semuanya dengan baik, dan rumahtangga mereka langgeng sampai saat ini? Setidaknya itu yang tampak di mata kita sebagai anaknya. Soooo....Jalani dengan santai aja deh. Toh satu per-satu benang kusut itu akan terurai juga. :) 

Go mommy go moms! 


Tidak ada komentar: