Lebaran kali ini cukup menguras energi. Keluarga besar Bp.Abdullah kumpul tumplek dirumah sejak H-7 hari raya. Kecuali suami. Dia baru menyusul beberapa hari kemudian. Seru. Rame.
Bisa dibayangkan papa dengan lima anak yang dua orang diantaranya sudah menikah. Lima anak ditambah tiga cucu, dua menantu.
Alhasil rencana vacation ke desa yang sudah direncanakan sebelum lebaran terlaksana. Desa yang dipilih Pagaralam yang berjarak kurang-lebih 200KM dari pusat kota Palembang dengan jarak tempuh sekitar delapan jam.
Wisata alam yang terkenal di Pagaralam adalah Gunung Dempo dan Kebun teh. So,musim holiday gini gak heran aja kalau lalulintas menuju ke arah sana trafic banget. Termasuk penginapan.
Awalnya kami sempat berencana langsung menginap di Pagaralam. Tapi karena kami membawa anggota ter-imut (Ghaizan), akhirnya diputuskan menginap di kabupaten Lahat yang berjarak tempuh sekitar lima jam dari Palembang untuk istirahat dulu.
Awalnya kami sempat berencana langsung menginap di Pagaralam. Tapi karena kami membawa anggota ter-imut (Ghaizan), akhirnya diputuskan menginap di kabupaten Lahat yang berjarak tempuh sekitar lima jam dari Palembang untuk istirahat dulu.
Alhamdulillah disini kami bisa mendapatkan penginapan. Tapi jangan tanya masalah kenyamanan. Saya sendiri sempat dibuat kecewa dengan pelayanan yang gak ramah dan "seadanya". Untuk ukuran standar (yang katanya banyak artis sama pejabat yang pernah menginap disini) bisa dibilang jauh dan tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar. Tapi pada intinya sih yang penting ada tempat untuk istirahat. Dengan begitu hanya butuh waktu sekitar tiga jam lagi untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Besoknya perjalanan kami lanjutkan ke Pagaralam. Seperti biasa, yang namanya jalan segerombolan pasti adaaa aja yang bikin schedule molor se-molor2nya. Niat awal berangkat subuh jadi ngaret berangkat jam 09.00 WIB. Alhasil boro-boro berharap bisa menikmati kabut dipuncak kebun teh, yang ada kami sempat terjebak macet mengular begitu sampe di lokasi.
Karena merasa hari pertama mengecewakan, kami putuskan untuk bermalam lagi satu malam, dan kali ini pastinya memilih bermalam di Pagaralam. Karena penginapan di area wisata masih penuh, kami memilih menginap di hotel Darma Karya yang letaknya beberapa kilo diluar area wisata.
Besoknya perjalanan sedikit lebih pagi. Kami berangkat ke lokasi wisata pukul 08.00 WIB setelah sebelumnya sarapan di penginapan dan membeli oleh-oleh kopi luwak yang se-benar benarnya (bukan abal-abal alias instan).Dan perjalanan kali ini lebih memuaskan karena kita tidak terjebak macet sehingga cita-cita untuk menikmati segarnya udara puncak tertingi kebun teh bisa terealisasi.
Untuk catatan kali ini, ada dua kejadian lucu dan seru yang kami alami selama perjalanan. Kejadian pertama saat kami terjebak macet mengular waktu arus balik hari pertama di objek wisata . Papa saya sempat menjadi "polantas dadakan" lantaran jalur yang tiba-tiba trafic luar biasa. Tau sendiri lah lebar jalan di tempat wisata serupa pegunungan begitu seberapa luas sih? Jalur yang idealnya dipakai untuk satu jalur dipaksakan untuk dua jalur. Alhasil masing-masing kendaraan yang saat itu didominasi motor, gak ada yang mau mengalah. Lebih dari setengah jam celingak-celinguk gak satupun polisi yg mengatur. Jadilah si papa turun tangan. Lumayan membantu loh. Dengan dibantu dua orang bapak pengemudi kendaraan lain yang ikutan mengamankan juga akhirnya trafic bisa sadikit teratasi. hahaha
Kejadian kedua di hari kedua waktu kami menuju puncak kebun teh. Ada momen dimana kami sengaja singgah di dekat lokasi rumah penduduk. Rencananya sih mau sesi foto-foto. Belum ada jepretan petama tiba-tiba muncul wanita paruh baya yang sepertinya mengalami keterbelakang mental. Bukan masalah keterbelakangan mentalnya yang jadi objek tertawaan, melainkan ketika saya yang ketakutan terbirit-birit masuk ke mobil sewaktu wanita paruh baya tersebut minta bersalaman dengan saya sehabis diberi papa saya uang. Spontan saya ngacir waktu si ibu tsb tiba-tiba mengulurkan tangan. Dan ini adalah kedua kalinya saya mengalamai hal serupa setelah sebelumnya kejadian serupa saya alami waktu masih SMA. hahaha
Begitulah kisah lebaran kali ini. Dicatat,ditulis dengan terburu-buru sembari mengasuh Ghaizan yang semakin lincah dan makin kenal indungnya. #fiuuhh#. So, foto-foto menyusul yaahh...
Karena merasa hari pertama mengecewakan, kami putuskan untuk bermalam lagi satu malam, dan kali ini pastinya memilih bermalam di Pagaralam. Karena penginapan di area wisata masih penuh, kami memilih menginap di hotel Darma Karya yang letaknya beberapa kilo diluar area wisata.
Besoknya perjalanan sedikit lebih pagi. Kami berangkat ke lokasi wisata pukul 08.00 WIB setelah sebelumnya sarapan di penginapan dan membeli oleh-oleh kopi luwak yang se-benar benarnya (bukan abal-abal alias instan).Dan perjalanan kali ini lebih memuaskan karena kita tidak terjebak macet sehingga cita-cita untuk menikmati segarnya udara puncak tertingi kebun teh bisa terealisasi.
Untuk catatan kali ini, ada dua kejadian lucu dan seru yang kami alami selama perjalanan. Kejadian pertama saat kami terjebak macet mengular waktu arus balik hari pertama di objek wisata . Papa saya sempat menjadi "polantas dadakan" lantaran jalur yang tiba-tiba trafic luar biasa. Tau sendiri lah lebar jalan di tempat wisata serupa pegunungan begitu seberapa luas sih? Jalur yang idealnya dipakai untuk satu jalur dipaksakan untuk dua jalur. Alhasil masing-masing kendaraan yang saat itu didominasi motor, gak ada yang mau mengalah. Lebih dari setengah jam celingak-celinguk gak satupun polisi yg mengatur. Jadilah si papa turun tangan. Lumayan membantu loh. Dengan dibantu dua orang bapak pengemudi kendaraan lain yang ikutan mengamankan juga akhirnya trafic bisa sadikit teratasi. hahaha
Kejadian kedua di hari kedua waktu kami menuju puncak kebun teh. Ada momen dimana kami sengaja singgah di dekat lokasi rumah penduduk. Rencananya sih mau sesi foto-foto. Belum ada jepretan petama tiba-tiba muncul wanita paruh baya yang sepertinya mengalami keterbelakang mental. Bukan masalah keterbelakangan mentalnya yang jadi objek tertawaan, melainkan ketika saya yang ketakutan terbirit-birit masuk ke mobil sewaktu wanita paruh baya tersebut minta bersalaman dengan saya sehabis diberi papa saya uang. Spontan saya ngacir waktu si ibu tsb tiba-tiba mengulurkan tangan. Dan ini adalah kedua kalinya saya mengalamai hal serupa setelah sebelumnya kejadian serupa saya alami waktu masih SMA. hahaha
Begitulah kisah lebaran kali ini. Dicatat,ditulis dengan terburu-buru sembari mengasuh Ghaizan yang semakin lincah dan makin kenal indungnya. #fiuuhh#. So, foto-foto menyusul yaahh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar