Senin, 06 September 2010

MUDIK



Empat hari lagi lebaran. Sekarang aku udah berada di kampung halaman suami. Lebaran ke-3 InsyaAllah kita ke kampung halamanku di Palembang.
Alhamdulillah tahun ini yang namanya “mudik” bisa kami jalani. So, sebagai perantau dari dua pulau yg berseberangan (suami Jawa, saya Sumatera), tentu mudik x ini lebih ribet dibanding mudik ketika aku masih berstatus sebagai mahasiswa. Selain mencari tanggal yang pas, aku dan suami harus bisa mengatur agar agenda mudik bisa dibagi di dua pulau dengan adil & proporsional. Terkesan (sepertinya) sangat memaksakan diri?Jawabannya tidak. Karena insiatif ini memang bersumber dari keinginan kami berdua, dan tentunya dengan beberapa pertimbangan sebelumnya. :)

Mudik ketika hari raya besar di Indonesia adalah suatu yang unik karena (sepertinya) tidak terjadi di negara lain. Ketika hari raya besar tiba, tidak lengkap rasanya kalau tidak ada agenda pulang kampung. So, selain ketupat & opor ayam, mudik juga merupakan agenda unik yang biasanya “wajib” ada di setiap hari-hari besar agama di tanah kelahiran kita. Sesuatu yang bisa dijadikan sampel keunikan tradisi dan budaya.

Meski begitu, bukan berarti sepanjang sejarah perantauan aku tak pernah absen mudik. Dulu (th.2005,ketika aku masih kuliah) sewaktu orangtua berdinas di Papua aku memiliki jatah mudik setahun sekali. Karena jadwal libur semester hanya selang 1 bulan dari Idul Fitri, maka diambil kebijakan lebih baik sekalian aku ketempat ortu ketika liburan semester saja (mudik dsini di defenisikan berkunjung/pulang ke tempat dimana ortu berada).

Apakah saat itu aku sedih?Mungkin iya karena lebaran tidak kulalui dengan keluarga. Tapi Alhamdulillah perasaan tsb tidak berlarut karena aku mencoba memandang bahwa mudik sebagai sesuatu yang semata-mata “tradisi” saja. Dengan begitu tidak ada rasa penyesalan karena tidak mudik-pun tidak akan mengurangi esensi Idul Fitri itu sendiri. Setuju bukan? 

Salah satu efek dari agenda mudik yaitu terkurasnya dana lebaran melebihi jika tidak mudik (Hehehe). Apalagi kalau transportasi yang digunakan adalah transportasi udara, dimana harga tiket pesawat dipermainkan seperti permainan para spekulan di pasar bursa. :D Belum lagi ongkos tinggal selama perjalanan serta amplop angpao untuk para keponakan yang tentunya salah-salah bisa mengeruk pundi-pundi lebih dalam. Hohoho.

Nah, berikut sedikit tips dariku buat teman-teman yang bernasib sama (rantauan), serta yang (mungkin) berniat mudik di lebaran berikutnya:

  1. Jika berniat mudik pas lebaran nanti, jauh sebelum masuk ramadhan usahakan menata pos-pos financial dengan sedikit lebih ‘ketat’. Selektif terhadap konsumsi yang kiranya kurang bermanfaat. Bonus-bonus dari kantor atau fee dinas usahakan untuk ditabung dalam pos tersendiri supaya kita tahu besaran penghasilan diluar take home pay yang kita dapatkan dalam beberapa bulan menjelang ramadhan. Hal ini dimaksudkan untuk jaga-jaga jika anggaran yang kita butuhkan ternyata melebihi THR. So, dengan memiliki pos tersendiri untuk bonus-bonus serta fee perjalanan dari dinas-dinas, kita tidak perlu mengambil dari take home pay bulanan untuk menutupi kelebihan anggaran yang (kiranya) sulit untuk ditekan. Tapi langkah prioritas tetap usahakan pengeluaran mudik tidak melebihi THR. Jika punya bisnis, hati-hati terhadap investasi modal. Jangan terlalu jor-jor an berinvestasi hanya karena iming-iming laba yang diproyeksikan lebih besar. Bersikap lebih skeptis akan lebih baik. Bisa juga menggunakan metoda “don’t put your eggs in one basket” agar risikonya minim kalo salah satu bisnis ternyata merugi. Bagi istri rumahan, bagus juga jika mencoba berfikir untuk mencari peluang bisnis dadakan seperti order kue atau jahitan baju,dll. Manatau bisa menjadi celah untuk mengepakkan sayap di dunia bisnis di kemudian hari? ;) 
  2. Tetap menabung dengan nominal seperti biasa. Jangan lebih besar, ataupun lebih kecil guna menutupi anggaran mudik (Ini penting dan bersifat wajib!)  
  3. Satu atau dua bulan menjelang lebaran usahakan untuk mulai hunting tiket pulang. Perusahaan kan biasanya punya travel agent langganan kantor, nah, bisa dimanfaatkan tuh salah satu kenalan disana untuk pantau harga murah pada kisaran tanggal yang kita minta. :p  Lumayan loh selisih harganya…. ;)
  4. Kalau tiket sudah dapet, hitung anggaran “salam tempel”/amplop angpao. Jangan anggap remeh soal yang ini. Karena meski terkesan sepele, pengeluaran kita bisa banyak banget untuk yang satu ini . So, saranku, data aja saudara atau ponakan yang kiranya akan kita kasih nanti serta besaran nominalnya (lbh bagus jg kalo suami-istri patungan untuk yg satu ini). Untuk saudara yang sudah berumahtangga, THR cukup diberi ke anak2nya saja, dan untuk orangtuanya (saudara kita) kita bawakan oleh2/cinderamata. Saudara protes? Cuek aja. Paling nanti dia malu sendiri udah tua koq maksa dikasih THR! Hahaha.
  5. Jangan lupakan orangtua. Menjelang lebaran biasanya rejeki para karyawan berlebih kan?;) Menyisihkan dengan nominal yang sedikit lebih dari biasanya kupikir tidak akan mengurangi jatah rizki kita. Meskipun katakanlah ortu kita memiliki perekonomian yang mumpuni, pemberian dari kita lebih beliau artikan sebagai wujud kasihsayang dan perhatian. So, berapapun nominalnya, jadikan ini sebagai agenda wajib khusus ketika menjelang lebaran supaya rejeki yang kita terima barokah. InsyaAlah.
  6. Untuk baju lebaran perlakuannya sama dengan menyusun pos-pos financial: lakukan jauh2 hari! Dengan begitu selain kita tidak perlu berdesakan di pasar menjelang lebaran, kita hanya tinggal membeli seperlunya saja yang kiranya ingin ditambah menjelang lebaran. Walau begitu, banyak juga yang ,menganggap baju baru bukan sesuatu yang harus ada menjelang lebaran. Karena ini optional, kembalikan pada kemampuan anggaran masing-masing.
  7. Nah, setelah semua di anggarkan, sisa kumpulan pos bonus fee & THR bisa dipindahkan ke pos tabungan bulanan. Jika ternyata tidak ada lebih (nge-pas) atau malah kurang, artinya perlu ada koreksi terhadap anggaran kita atau jika tidak selamat berfikir keras untuk mencari income tambahan sebelum ramadhan tiba. ^^
  8. Kiranya terlalu berat dan boros, tidak mudik juga bukan berarti tidak berlebaran kan?Rencanakan dengan sewajar & semampunya saja. Toh tidak ada dalam Al-Qur’an atau tuntunan Rasul untuk mudik setiap lebaran bukan? Sekali lagi mudik sebatas pada tradisi yang setiap dari kita tentu berbeda dalam memaknai & mengartikannya. :)  
  9. Selamat Lebaran.........................! ^^



  

Tidak ada komentar: